Rabu, 23 Maret 2016

Psikodiagnostik #2

Prinsip-prinsip, Teknis, Metodologi

Assalamu’alaikum wr.wb
          Ahlan wassahlan sobat, minggu ini saya hadir kembali untuk menyambung tulisan blog saya pada minggu lalu. Di minggu ini saya akan membahas tentang Prinsip-prinsip, Teknis, dan Metodologi dalam Psikodiagnostik.

Norma dan arti Skor test
                Norma dan arti Skor Test adalah mengorganisasi dan merangkum data kuantitatif untuk memudahkan  pemahaman.

Norma Perkembangan
        Menunjukkan sejauh mana individu telah maju sepanjang jalur perkembangan yang normal untuk mengartikan skor tes.
Co/ Anak usia 8th bisa mengerjakan test intelegensi anak  usia 10th, artinya       anak tersebut bermental anak usia 10th.  

Norma Kelompok
        Evaluasi berdasarkan kinerja kelompok terstandarisasi. Co/ Anak usia 8th diberikan soal yg sesuai dengan anak seusianya.

Reabilitas
        Konsistensi skor yang dicapai pada satu orang yang sama dan jika di uji kembali hasilnya akan sama.

Validitas
        Menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes itu bisa mengukur (Anastasia & Urbina, 2007).
3 jenis Validitas:
-         Contect Validity
-         Criterion-related Validity
-         Construct Validity
       
 Mungkin hanya ini yang dapat saya sampaikan mudah-mudahan bermanfaat. Sampai berjumpa kembali pada tulisan blog saya selanjutnya. Salam Sobat!!

Syukron…Wassalamu’alaikum wr.wb

                

Jumat, 18 Maret 2016

Psikodiagnostik #1

Pengertian Psikodiagnostik

Assalamu’alaikum wr.wb
            Ahlan wassahlan sobat, sudah lama nih saya tidak menulis blog nah kini saya hadir kembali untuk berbagi informasi kepada sobat.

            Kali ini saya akan berbagi informasi mengenai pelajaran yang saya terima di kuliah semester 4 ini yakni “Psikodiagnostik” sebelumnya sobat sudah tahu belum apa itu Psikodiagnostik? Sebelum membahas Psikodiagnostik kita harus tahu dulu definisi Psikologi itu apa.
            Menurut Richard Mayer (1981) Psikologi merupakan analisis mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahami perilaku manusia.  Jadi psikologi tidak hanya membahas tentang tingkah laku manusia saja tetapi bagaimana proses mental dapat terbentuk sehingga daya ingat yang dimiliki manusia kuat. Psikologi mencakup proses mental manusia melalui berbagai aspek pendekatan yakni Behavioristik, Humanistik, Afektif, dan Kognitif.
            Sedangkan Diagnostik berasal dari kata Diagnose yang artinya memprediksi dan mempunyai hasil Result. Hubungan Diagnostik dengan test adalah sebuah pengkuran, yakni sebuah perbandingan dengan standart yang telah ditentukan. Setelah diukur barulah kita dapat memberikan makna pada hasil yang telah diukur lalu kita dapat mendiagnose atau memprediksi perilaku tersebut. Contohnya seperti menulis, dari cara individu memilih kata dan melihat urutan-urutan saat individu menulis kita bisa memprediksikan atau mendiagnose perilaku individu tersebut.
Ada 4 hal harus diperhatikan dalam test psikologi yakni:
1.      Prosedur yang sistematis .
2.      Memenuhi standart.
3.      Memiliki konsep.
4.      Memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas.

            Mungkin hanya ini yang dapat saya sampaikan mudah-mudahan bermanfaat. Sampai berjumpa kembali pada tulisan blog saya selanjutnya. Salam sobat!!

Syukron….Wassalamu’alaikum wr.wb

Sabtu, 07 November 2015

Sejarah Terbentuknya Dinas Psikologi AD

LAHIRNYA DISPSIAD
Pemanfaatan bidang ilmu Psikologi sebagai ilmu pengetahuan terapan (applied science) dalam kehidupan militer di Indonesia sudah dimulai sejak jaman penjajahan Belanda. Pimpinan tentara Belanda telah menggunakan psikologi dalam rangka seleksi/penyaringan calon-calon prajurit KNIL. Dinas Psikologi di lingkungan TNI AD merupakan kelanjutan dari Leger Psychologiesche Dienst (LPD), yaitu Dinas Psikologi Tentara KNIL yang menyelenggarakan seleksi calon prajurit khususnya Perwira.
Penandatanganan serah terima jabatan dari Major Kamhorst (kepala LPD) kepada Letnan Kolonel Dr. Soemantri Hardjo Prakoso (Kepala Lembaga Psychoteknik Tentara yang pertama) disaksikan Mayjen Engels pada tanggal 15 Juni 1950 di Jl. Panorama Bandung.
Pada tanggal 15 Juni 1950 dilaksanakan serah terima jabatan dari Mayor Kamhorst, selaku Kepala LPD kepada Letnan Kolonel Dr. Soemantri Hardjo Prakoso atas nama staf ”A” Angkatan Darat bertempat di jalan Panorama Bandung (Kesatrian Secapa TNI AD sekarang).
Kesatrian Dispsiad yang pertama pada tahun 1950. Sekarang gedung ini adalah kantor Secapa TNI AD yang berkedudukan di Hegarmanah, Bandung.

Sejak saat itu LPD berganti nama menjadi Lembaga Psychoteknik Tentara (LPT). Sehubungan dengan dibubarkannya Staf ”A” Angkatan Darat pada tanggal 30 September 1950, LPT diserahkan kepada K.A.S.A.D dan pada tahun 1951 namanya berganti menjadi Lembaga Psychoteknik Angkatan Darat disingkat L.Ps.A.D.
Upacara serahterima LPD (Dinas Psikologi Tentara KNIL) kepada LPT, tgl 15 Juni 1950 di lapangan LPD KNIL.Sekarang Secapa TNI AD.
Pada Tanggal 17 Januari 1952 kantor L.Ps.A.D. dipindahkan dari jalan Panorama ke  Jalan Sangkuriang 17 Bandung sampai dengan saat ini.
SEKILAS TENTANG BANGUNAN KESATRIAN DISPSIAD
Gedung ini merupakan salah satu bangunan yang termasuk kedalam cagar budaya kota Bandung (Bandung Heritage) Jawa Barat. Dahulu bangunan ini adalah sebuah villa tempat tinggal seorang pedagang beras Tiong Hoa, Ang Eng Kan yang terletak di jalan Lammingaweg (sekarang jln. Sangkuriang). Villa indah ini memiliki taman yang indah sesuai namanya Mei Ling yang berarti kembang indah dibangun pada tahun 1930, karya arsitek F.W. Brinkman dengan gaya arsitektur Art Deco yang memiliki sejarah cukup penting dalam sejarah Indonesia.
Kesatrian Dispsiad era tahun 1930 sampai awal 2010. Suasana dan pemandangan yang asri tampak sangat terpelihara. Gedung ini berdiri kokoh di jalan Sangkuriang 17 Bandung.
  Batavia jatuh ketangan Jepang pada tanggal 5 Maret 1942, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, A.W.L. Tjanda van Starkenborgh Stachouwer, Panglima Tentara Hindia Belanda Lentan Jenderal H. Ter Poorten, Letnan Gubernur Jenderal Dr. Hubertus J. van Mook, beserta pejabat tinggi militer dan sipil lainnya telah meninggalkan Batavia untuk pindah ke Bandung. Rombongan Gubernur Jenderal tinggal di rumah Residen Priangan Tacoma (Gedung Pakuan sekarang).
Pada tanggal 6 Maret 1942 penguasa militer Hindia Belanda mengeluarkan perintah “tidak boleh ada pertempuran di dalam Kota Bandung” untuk menghindari jatuhnya korban penduduk dan para pengungsi. Pemerintah Belanda di pengasingan  (London) memerintahkan “harus dihindari suatu takluk total” pada tanggal 7 Maret 1942. Bersamaan dengan hari ulang tahun sang Gubernur Jenderal, rumah Residen Priangan dibom Jepang pada pagi hari 7 Maret 1942. Gubernur Jenderal dan rombongan pindah ke Villa Mei Ling pada malam harinya. Pada malam itu juga ketika Lembang sedang gencar diserbu tentara Jepang, Panglima Tentara mengirim utusannya untuk mengadakan gencatan senjata. Di Villa Mei Ling Gubernur Jenderal Hindia Belanda menerima balasan dari tentara Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, yang bersedia berunding di Kalijati. Pada pukul 18.20 Panglima Hindia Belanda, Letnan Jenderal H. Ter Poorten, menandatangani surat keterangan penyerahan militer Hindia Belanda kepada tentara Jepang. Kota Bandung menjadi saksi berakhirnya Pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia selama kurang lebih 350 tahun. Villa Mei Ling adalah saksi bisu terhindarnya kota Bandung dari kehancuran total karena Gubernur Jenderal Hindia Belanda bersedia bertemu dengan Bala Tentara Jepang di Kalijati.
Pada bulan Desember 1958 L.Ps.AD ditingkatkan menjadi Pusat Psykologi Angkatan Darat (PUSP¬SYAD). Selanjutnya menyesuaikan dengan berubahnya Staf ”A” Angkatan Darat menjadi Staf Ajen, berdasarkan Surat Kasad nomor : KEP-600/10/1970 tanggal 24-10-1970 tentang penggunaan istilah Dinas bagi Badan-badan Pelaksana Pusat dan akhirnya L.Ps.A.D. pun berganti nama menjadi Dinas Psikologi Angkatan Darat (DISPSIAD) hingga saat ini.

Salah satu bangunan sebagai tempat pendidikan psikologi di Pusat Psychologi Angkatan Darat, pada awal tahun 1960-an. Sekarang dikenal sebagai Gedung Seleksi dan Klasifikasi atau Gedung Selklas.

PERKEMBANGAN PERSONEL
Pada awal berdirinya karena LPT sangat kekurangan personel, maka pada bulan September 1950 direk¬rut 20 orang eks Tentara Pelajar Jawa Tengah,  yaitu dari K.M.K Semarang dan Surakarta yang telah melalui seleksi terlebih dahulu terdiri dari Perwira dan Bintara, serta pengangkatan orang-orang sipil menjadi tentara melalui pemanggilan iklan.  Akhir tahun 1950 terkumpul sejumlah 35 orang tentara dan 30 orang Sipil. Dari semua personel tersebut hanya 2 orang yang memiliki keahlian dalam bidang Psikologi, sehingga untuk mengatasi kekurangan Personel Ahli, beberapa Perwira Eks Tentara Pelajar tersebut diberangkatkan untuk Tugas Belajar bidang Psikologi ke Negeri Belanda. Pada tahun 1957 para pelajar ini ditarik ke Indonesia untuk mengatasi permasalahan dalam negeri (peristiwa Irian Barat), setelah selesai mereka kembali melanjutkan studi dan kemudian dipindahkan ke Jerman Barat, karena memburuknya hubungan Indonesia-Belanda. Mereka kembali ke Indonesia dengan meraih gelar Sarjana Psikologi pada tahun 1959, berturut-turut  dimulai dengan kelulusan :
  • Tahun 1959     : Kapten John S. Nimpoeno, Dipl. Psych. (awal kuliah mengambil jurusan Fisika kemudian berpindah mempelajari Psykologi), Kapten Soemitro Kartosoedjono, Dipl,Psych., dan Lettu Sardjono, Dipl, Psych.
  • Tahun 1960    : Kapten Bob Dengah Dipl. Psych.
  • Tahun 1961    : Kapten Soemarto, Dipl. Psych.
  • Tahun 1963    : Kapten Soenardi Darmo Sarojo, Dipl. Psych., dan Soewarjo, Dipl. Psych.
Kedua nama terakhir adalah demobilisasi dari Brigade 17 (bukan dari militer) yang memperoleh beasiswa dari PTIP sekarang Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, yang kemudian ditarik jadi Wajib Militer. Meski demikian dirasakan masih belum mencukupi pemenuhan kebutuhan personel yang memiliki kualifikasi psikologi. Atas prakarsa Kepala Puspsyad beserta staf ahlinya bekerjasama dengan Prof. Sadaridjun (saat itu menjabat Rektor PTPG/UPI sekarang), Drs. Gerungan, Drs. Wulur dengan bantuan Prof. Dr. Mustopo (Pembantu Rektor III UNPAD saat itu) dan Kolonel Dr. Soemantri Hardjo Prakoso (Sekjen PDK) membicarakan gagasan mengenai regenerasi siapa yang akan mengawaki Dispsiad selanjutnya, maka pada kesempatan tersebut dibicarakan tentang pendirian Fakultas Psikologi Unpad. Atas restu Men. Pangad Mayjen TNI Achmad Yani dan Menteri PDK, maka pada tanggal 2 September 1961 terwujudlah Fakultas Psikologi  menjadi salah satu Fakultas di lingkungan UNPAD yang beralamat di Jalan Sangkuriang  No. 17  (Dispsiad sekarang) dengan harapan Sarjana lulusan UNPAD dapat mengisi kebutuhan Perwira (Psikolog) untuk Dispsiad.
Staf Ahli dari Puspsyad yang diwakili oleh Kapten Bob Dengah, Dipl. Psych bersama Dr.W.A. Gerungan diserahi tugas melakukan persiapan teknis dan kurikulum dari tingkat persiapan sampai sarjana muda. Dosen pengajar berasal dari Pusat Psykologi Angkatan Darat dan PTPG/FKIP UNPAD. Ruang-ruang kuliah disediakan oleh Pusat Psykologi Angkatan Darat di Jalan Sangkuriang 17 Bandung.
Selanjutnya dilakukan kerjasama dengan berbagai Perguruan Tinggi Negeri seperti UI, UNPAD dan UGM. Bahkan sampai sekarang Dispsiad terbuka untuk menerima perwira ahli psikologi tidak hanya universitas negeri bahkan universitas swasta dari seluruh Indonesia, tercatat diantaranya adalah : Alumni Universitas Wisnuwardana Malang, Universitas Kristen Maranatha, Universitas Islam Bandung,  Universitas 45 Surabaya,  UNIKA Semarang,  Muhamadiah Semarang, Persada Indonesia YAI, Universitas Islam Sultan Syarif, Gunadharma, Muhamadiah Surakarta, Universitas Katholik Soegiyapranata, Universitas Islam Indonesia dan Universitas Achmad Yani.
Tidak mudah untuk memperoleh tenaga Sarjana Psikologi, untuk memenuhi kebutuhan, maka direkrut para mahasiswa UNPAD yang telah lulus Sarjana Muda untuk mengikuti pendidikan Militer Wajib (MILWA). Kepada mereka diberikan kesempatan untuk melanjutkan kuliah sampai selesai. Juga menugasbelajarkan bebera¬pa Perwira yang ada untuk mengikuti pendidikan S2 di luar negeri yang berkaitan dengan  bidang  studi Psikologi. Disamping itu diperoleh juga beberapa Sarjana Psikologi baik dari UNPAD, UI maupun UGM. Selain itu dengan adanya kebutuhan Sarjana dari disiplin lainnya, menyebabkan ditariknya seorang Sarjana Statis¬tik, Sarjana Sosiologi, Sarjana Bimbingan dan Konseling dan seorang Master di bidang  Administrasi. Perkembangannya hingga kini Dispsiad memiliki Sarjana Komputer dan Sarjana Sosial. Pada tahun 1966, sejumlah Perwira Lulusan Akademi Militer (13 orang) mendapat tugas di Dispsiad dan tahun 1968  ke – 13 orang Perwira lulusan Akademi Militer mendapat tugas belajar di Fakultas Psi¬kologi UNPAD. Adanya kebijaksanaan tersebut relatif telah dapat menutupi kebutuhan akan tenaga ahli sekalipun belum seluruhnya terpenuhi.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga Testor, Pimpinan Dispsiad (saat itu masih Puspsyad) bekerjasama dengan pusdik lainnya mengam¬bil kebijaksanaan untuk  melatih para personel yang ada melalui pendidikan SUSBAJUR dengan lama pendidikan 6 bulan, mempelajari tentang instruksi test. Pelaksanaan yang pertama mengikutsertakan juga personel dari  lembaga Psikologi Angkatan Udara dan Angkatan Laut. Susbajur ini berlangsung selama beberapa angkatan. Selanjutnya berganti menjadi Susbaminpers lama pendidikannya berlangsung 4 bulan, mempelajari tentang administrasi psikologi (scoring), dilaksanakan di Secapa AD. Saat ini Dispsiad menyelenggarakan pendidikan pembentukan Testor dan Scorer secara mandiri didalam Kesatrian Dispsiad.
KIPRAH PENGABDIAN
Menyikapi perkembangan ilmu Psikologi yang dinamis dan juga untuk memenuhi tuntutan tugas sesuai perkembangan keilmuan yang modern, Dispsiad melatih personelnya dengan berbagai keterampilan maupun keahlian khusus dalam bidang Psikologi. Pelatihan-pelatihan tersebut antara lain: mendatangkan para pakar dari universitas (UNPAD) untuk mengasah  kemampuan diagnosa, mengirimkan beberapa orang anggota untuk mengikuti pelatihan Hipnotherapi (sertifikasi), mendatangkan Ahli terapi “Emotional Freedom Therapy (EFT)“ yang diikuti oleh seluruh Perwira, Bintara dan PNS Ahli  Dispsiad (sertifikasi),  mengirimkan dan mengundang pakar Assessment Center untuk melatih kemampuan anggota pada tingkat advance (sertifikasi), mengikuti pelatihan Grafologi maupun dalam bidang ilmu lainnya untuk meningkatkan kemampuan diagnosa dan masih banyak lagi pelatihan lainnya. Selain itu juga Dispsiad mengadakan kegiatan rutin “Diskusi Ilmiah“ setiap bulannya sebagai wadah untuk mengasah maupun mendapatkan informasi terkini tentang keilmuan Psikologi.
Perjalanan karir yang panjang dan keberadaannya dikancah dunia militer maupun bidang keilmuan dan pendidikan, Dispsiad tidak hanya menerima dan belajar dari kemajuan perkembangan ilmu psikologi maupun militer, namun juga mampu memberikan kontribusi sebagai masukan atas perkembangan keilmuan baik di Dalam Negeri maupun Luar Negeri. Dispsiad pernah mengadakan Seminar tentang Disiplin Nasional, Seminar Nasional tentang Wawasan Kebangsaan dan dilanjutkan dengan Lokakarya untuk mendapatkan kriteria yang lebih konkrit. Mendukung kegiatan Pameran TNI AD dengan menampilkan alat-alat test psikologi yang rutin diadakan di PRJ Jakarta setiap tahun dan selalu menarik minat khalayak bahkan beberapa kali menjadi stand favorit karena paling ramai dikunjungi peserta pameran.

Dispsiad juga melakukan studi banding ke beberapa negara seperti Amerika dan Canada pada tahun 2007 dan mengikuti kegiatan kongres IMTA/IMLA pada tahun 2007 di Australia, tahun 2008 di Belanda, tahun 2009 di Estonia dan tahun 2010 di Swiss. Berdasarkan hasil kongres IMTA/IMLA pada tahun 2008, Indonesia (Dispsiad) dipercaya untuk menyelenggarakan kongres berikutnya pada tahun 2011 yang direncanakan akan dilaksanakan di Bali.
Kegiatan Kongres IMTA/IMLA tahun 2007 di Australia, tahun 2008 di Belanda dan tahun 2009 di Estonia.
 Pada saat  ini Dispsiad memiliki tenaga ahli satu orang Doktor Psikologi, 14 orang Sarjana S2, 10 orang Psikolog, 15 orang Sarjana Psikologi yang belum Profesi/S2, dua orang Sarjana Sosial, dua orang Sarjana Administrasi Pemerintah, dua orang Sarjana Komputer dan salah satunya sedang melanjutkan S2 MIP, tiga orang D3 Instek, dua orang D3 Komputer, dua orang D3 Akuntansi, satu orang D3 Manajemen Perkantoran, satu orang D3 Informatika.  Beberapa orang lainnya sedang menempuh pendidikan lanjutan, yaitu dua orang sedang menempuh pendidikan lanjutan S3 di bidang Psikologi, 14 Orang yang sedang melanjutkan S2 Profesi Psikologi, delapan orang yang sedang menempuh pendidikan S1 Psikologi baik Bintara maupun Perwira.
Sejak berdiri tahun 1950 hingga sekitar tahun 1960 kegiatan utama Dispsiad masih terbatas pada bidang seleksi, baik tertulis maupun lapangan.  Kegiatan tersebutpun hingga kini masih aktif dilaksanakan Dispsiad, dalam rangka menentukan masyarakat sipil (calon taruna) yang memiliki kondisi psikologis yang sesuai dengan profil prajurit, maupun seleksi para prajurit yang ingin pindah golongan.
Sejak tahun 1960 Dispsiad mengembangkan perannya denganmelakukan kegiatan seleksi, klasifikasi, konsultasi, penelitian psikologi, assessment center serta kegiatan mengajar di Lemdik-lemdik di lingkungan TNI AD.

Kegiatan mengajar siswa Susdanki Multi Nasional,yang diikuti oleh beberapa Negara lain, seperti Filipina, Singapura, Brunai, Kamboja, Malaysia, Pakistan  dll.

Apresiasi atas peranan Dispsiad semakin hari semakin bertambah dan berkembang. Kepercayaan atas fungsi Psikologi dari Pimpinan TNI AD semakin nyata setelah dilibatkan dalam kegiatan operasional.  Sejak tahun 1977 sampai sekarang fungsi dan kegiatan Dispsiad makin bertambah luas, seperti Penelitian Sosial,  peningkatan dan pengembangan kualitas SDM berbasis kompetensi Assessment Center ( PPKJ - Program Penilaian Kompetensi Jabatan )    dan Program Pengembangan.
Beberapa kegiatan dalam PPKJ SUSDANDIM yaitu kegiatan diskusi kelompok atau  lebih dikenal dengan LGD-A dan kegiatan paparan atau proposal writing.
Kompetensi dan Kepemimpinan di PLDC, ikut aktif berperan dalam rangka menjadi pasukan perdamaian ke LN antara lain : ke Vietnam yang diawaki oleh Letkol D. Ruhyat, Letkol Azis Achyadi, ke Georgia oleh Mayor Ardi Sutopo.  Melaksanakan pelatihan Psikologi, Konsultan dalam bidang Olah Raga untuk menangani atlet-atlet Nasional (Perbakin, Bridge, Anggar, Silat, Karate, Petembak TNI/TNI AD BISAM, AARM), PBSI, KONI. 
Beberapa kegiatan pendampingan olah raga yang dilaksanakan didalam maupun Luar Negeri dan berhasil meraih prestasi yang membanggakan baik bagi satuan maupun membawa harum nama Republik Indonesia.Gambar mulai sebelah kiri kegiatan pelatihan para atlet PBSI, pendampingan AARM di Thailand dan Filipina.


Minggu, 07 Juni 2015

Psikologi Industri dan Organisasi

Just Sharing

            Assalamu’alaikum wr.wb.. Disini saya akan menceritakan tentang hasil presentasi dari kelompok kami pada hari jum’at lalu 5 juni 2015 yakni kelompok 2. Oh iya sebelumnya disini saya memiliki sebuah kelompok yang bernama Ganteng Geulis Smart (GGS) dan kebetulan disini saya ditunjuk sebagai ketua kelompok oleh kesepakatan anggota GGS.
            Pada 2 minggu sebelumnya kelompok kami di beri tugas untuk mencari jurnal tentang stress pada pekerjaan dan kebetulan juga kelompok kami mendapatkan  topik tentang stress kerja pada atasan. Kami pun bergegas untuk mengerjakan tugas dengan segera. Kami pun mencari jurnal yang sesuai dengan topic kelompok kami kemudian di buat dalam bentuk makalah,ppt, dan poster.

            Tibalah hari dimana kita mempresentasikan hasil tugas dari masing-masing kelompok. Ketika kelompkok kami telah selesai mempresentasikan hasil tugas kami, kelompok kami pun tak sadar telah membuat kesalahan yakni isi materi yang kurang. Kelompok kami tentu sedikit kecewa karena nilai yang tertunda akan tetapi hal ini membuat kelompok kami tetap semangat dan tidak akan megulang kesalahan yang sama. Kami akan lebih teliti dalam mengerjakan tugas apapun yang diberikan kepada kami.. Tetap semangat anak-anakku GGS!! Papih saying kalian semua wkwkwk 

Selasa, 26 Mei 2015

Psikologi Industri dan Organisasi

Review  PIO


Pada hari Jumat lalu tanggal 21 Mei 2015, kelompok kami yakni kelompok 2 alias kelompok GGS (Ganteng Geulis Smart) presentasi kelompok mengenai kantin. Saat kelompok kami sedang mempresentasikan hasil kerja kelompok kami, banyak teman-teman yang menyimak tentang hasil penelitian yang telah kami lakukan.
Banyak yang tertarik untuk bertanya tentang hasil penelitian kami tentang kantin. Salah seorang yang bertanya adalah Sasa. Dia menanyakan “Salah siapa jika kita membuang sampah tidak pada tempatnya?” Menurut kelompok kami, membuang sampah merupakan kesadaran dari masing-masing individu itu sendiri. Kita tidak bisa langsung menyalahkan kepada siapa kita harus menyalakan ini semua, yang terpenting adalah kesadaran masing-masing individu akan membuang sampah pada tempatnya.
Selain itu, kelompok kami juga mendapat banyak masukan dari dosen. Beliau memberikan masukkan bahwa harus lebih diperhatikan detail-detailnya lagi dalam meneliti sebuah kantin, seperti bagaimana interaksi penjual dengan pembeli. Apakah seperti model prasmanan (mengambil sendiri makanannya)? Apakah delivery? Atau yang lainnya, bagaimana luas kantin yang ideal? Untuk kapasitas berapa orang kantin tersebut? Bagaimana jarak antara jempat sampah dengan tempat makanan? Begitulah kira-kira detail-detail yang harus diperhatikan saat meneliti sebuah kantin.

Masukan-masukan dari beliau kami terima dan kami simpan agar untuk ke depannya lagi, bisa lebih baik dari ini. Tetapi walaupun banyak koreksi dan banyak masukan seperti itu, kelompok kami berhasil menduduki posisi kedua lagi dengan skore rata-rata 81,25. Ini semua tidak akan berhasil tanpa adanya kerjasama dan kekompakkan antar anggota tiap kelompoknya.
Untuk tugas minggu depan ada tugas mencari jurnal tentang stres dan kelompok kami mendapatkan tugas tentang "Stres Kerja terhadap Atasan". Kelompok kami pun bergegas mencari jurnal untuk tugas berikutnya. Semoga kelompok kami bisa meraih hasil yang lebih baik lagi kelak ketika presentasi. Tetap kompak yaa GGS..Ganbatte!!

Senin, 18 Mei 2015

Psikologi Industri dan Organisasi #10

Pengalaman Organisasi


       Singkat cerita saya memiliki sebuah organisasi kecil yang bernama Ganteng Geulis Smart (GGS) perpaduan bahasa indonesia, sunda, dan inggris yang artinya ganteng cantik pintar. Disini saya di tunjuk sebagai ketua kelompok. Tugas kami didalam kelompok ini  ialah melakukan survey ke sebuah organisasi/komunitas yang telah berdiri lama kemudian mempresentasikannya dalam bentuk poster dan makalah.

          Pada hari jum’at kemarin pada 15 Mei 2015 saya dan kelompok saya mempresentasikan hasil dari survey kami yakni komunitas Cicera (cipta ceria alam) yaitu komunitas pencinta alam. Kami mempresentasikan hasil kami kepada kelompok-kelompok lain dan beberapa orang  dari kelompok kami mewawancarai hasil survey mereka mengenai organisasi.


          Setelah itu semua selesai, kami pun melakukan penilaian terhadap kelompok lain dengan berbagai kriteria. Setelah itu kami rata-ratakan sehingga jadilah hasil penilaiannya. Kelompok kami memperoleh hasil terbaik kedua setelah kelompok Bunga Mata Hari. Kemudian, untuk tugas selanjutnya kami memilih konten tentang Kantin karena kantin banyak sekali objek-objeknya.

Selasa, 12 Mei 2015

Psikologi Industri dan Organisasi

Budaya Organisasi

            Budaya organisasi adalah persepsi daripada orang-orangnya, yang biasanya dibentuk oleh generasi pertama. Persepsi itu bisa berupa perasaan atau pola pikir yang sama yang akan membentuk sebuah kesesuaian sehingga terjadinya rasa nyaman antar sesama anggota dalam sebuah organisasi. Didalam sebuah organisasi terkadang ada kalanya dimana antar sesama anggota organisasi tersebut memiliki sebuah argumentasi yang berbeda sehingga terjadilah sebuah konflik yang mengakibatkan keluarnya salah satu atau lebih anggota organisasi tersebut.  

Ada 7 karakteristik umum yakni:
1.      Innovation & risk taking: mampu membuat inovasi dan berani mengambil apapun segala resiko yang ada.
2.      Attention to detail: memberikan kontribusi yang baik.
3.      Outcome orientation: dapat memberikan prestasi maupun kebaikan kepada masyarakat sekitar.
4.      People orientation: tidak hanya mampu mensejahterakan organisasinya saja akan tetapi mampu juga mensejahterakan masyarakat sekitar.
5.      Team orientation: berorientasi kepada keseluruhan anggota organisasi.
6.      Agresifitas: kecekatan dalam mengerjakan program kerja.
7.      Stability: kemampuan unttuk saling menjaga stabilitas antar anggota organisasi sehingga organisasi tersebut dapat bertahan.

Pada organisasi juga seringkali terdapat culture yang mendominasi yaitu:
1.      Culture dominan (kelompok mayoritas).
2.      Subcultures (cabang-cabang organisasi).
3.      Core values (nilai-nilai inti dalam organisasi).
4.      Strong culture (organisasi yang sudah kuat).

Fungsi perlunya sebuah culture didalam suatu organisasi yaitu:
1.      Menjadi pemersatu kelompok.
2.      Perasaan memiliki dalam kelompok/rasa kebanggaan.
3.      Meninggalkan apa yang ia yakini, mulai melebur dalam kelompok.
4.      Mendukung stabilitas social yang ada.
5.      Memastikan apa yang dilakukan kelompok terkontrol.